Mengukuhkan Pendidikan Berbasis Cinta di MTs. Darul Ihya

MTs. Darul Ihya Gelar Pelatihan In-House Kurikulum Berbasis Cinta "Mewujudkan Cinta dalam Ruh Pendidikan"

Ciomas, Kab. Bogor – MTs. Darul Ihya mengadakan pelatihan in-house yang bertajuk "Kurikulum Berbasis Cinta: Mewujudkan Cinta dalam Ruh Pendidikan" pada sabtu, 26 Juli 2025. Acara ini dihadiri oleh seluruh dewan guru dan staf kependidikan, dengan tujuan untuk menguatkan fondasi pendidikan yang humanis dan penuh kasih sayang di lingkungan madrasah.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala Sekolah MTs. Darul Ihya, Bapak Misbahpudin, S.Ag. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya peran guru sebagai pembentuk karakter siswa. "Pendidikan tidak hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang menumbuhkan empati dan kasih sayang. Kurikulum berbasis cinta ini adalah ikhtiar kita bersama untuk menjadikan sekolah sebagai rumah kedua yang nyaman dan penuh kehangatan bagi anak-anak," ujar Bapak Misbahpudin.

Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh dua narasumber inspiratif, Bapak Dadan Setiawan, M.Pd., dan Bapak Didin Badrudin, M.Si. beliau berdua memaparkan secara mendalam konsep kurikulum berbasis cinta yang mengintegrasikan nilai-nilai kasih sayang, saling menghargai, dan empati dalam setiap aspek pembelajaran.

Enam Pilar Cinta dalam Pembelajaran

Narasumber menjelaskan bahwa implementasi kurikulum ini berlandaskan pada enam pilar cinta yang esensial, yaitu:

• Cinta kepada Allah Swt. (Hubbullah): Pendidikan spiritual menjadi fondasi utama. Guru menanamkan rasa cinta dan ketaatan kepada Allah melalui setiap mata pelajaran, melihat ilmu sebagai jembatan untuk mengenal Sang Pencipta.

• Cinta kepada Rasulullah saw. (Hubburrasul): Akhlak mulia Rasulullah saw. dijadikan teladan dalam setiap interaksi. Guru mengajarkan kisah-kisah beliau untuk membentuk karakter siswa yang santun dan penuh kasih.

• Cinta kepada Diri Sendiri (Hubbunnafs): Siswa diajarkan untuk menghargai diri, mengenali potensi unik, dan merawat kesehatan fisik serta mental. Tujuannya adalah membangun rasa percaya diri yang positif.

• Cinta kepada Sesama (Hubbunnaas): Pembelajaran diarahkan untuk menumbuhkan empati. Melalui kerja kelompok dan kegiatan kolaboratif, siswa belajar menghargai perbedaan dan saling membantu.

• Cinta kepada Lingkungan (Hubbulbiah): Nilai-nilai menjaga alam diintegrasikan dalam kurikulum. Siswa diajak untuk peduli lingkungan melalui praktik nyata seperti kegiatan daur ulang atau menanam pohon.

• Cinta kepada Bangsa dan Negara (Hubbul Wathan wal Bilad): Pendidikan menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Siswa diajarkan untuk menghargai keberagaman budaya dan berkontribusi positif untuk kemajuan bangsa.

Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Berwawasan Cinta

Selain enam pilar cinta, narasumber juga memperkenalkan konsep Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Berwawasan Cinta. Konsep ini bukan sekadar menambah materi, tetapi mengubah cara pandang dalam mengajar dan belajar. Tujuannya agar siswa tidak hanya menghafal, tetapi sungguh-sungguh memahami dan memaknai setiap ilmu yang didapatkan.

• Menghubungkan Materi dengan Kehidupan Nyata: Guru didorong untuk menyajikan materi pelajaran dengan relevansi tinggi terhadap pengalaman hidup siswa. Hal ini dilakukan agar siswa mampu melihat langsung manfaat ilmu yang dipelajari dan menggunakannya untuk memecahkan masalah di sekitar mereka.

• Mengembangkan Pertanyaan Kritis dan Kolaborasi: Pembelajaran mendalam mendorong siswa untuk bertanya, berdiskusi, dan mencari jawaban bersama. Guru berperan sebagai fasilitator yang memandu mereka menemukan pemahaman baru secara mandiri. Proses ini menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kerja sama.

• Proyek Berbasis Kasih Sayang: Guru mengajak siswa untuk mengerjakan proyek yang berorientasi pada kepedulian sosial atau lingkungan. Misalnya, membuat kampanye kebersihan sekolah, mendonasikan barang bekas, atau meneliti masalah sosial di sekitar. Proyek ini tidak hanya mengasah kemampuan akademis, tetapi juga menumbuhkan empati dan tanggung jawab sosial.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Bapak Aep Lukman Hakim, S.Pd., menyampaikan komitmennya untuk mengawal implementasi kurikulum ini. "Kami akan terus berupaya agar kurikulum berbasis cinta ini tidak hanya menjadi wacana, tetapi benar-benar terintegrasi dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Ini adalah langkah awal yang positif untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih bermakna," pungkas Bapak Aep.

Pelatihan ini diakhiri dengan sesi diskusi interaktif, di mana para guru berbagi pengalaman dan ide-ide kreatif untuk mengaplikasikan nilai-nilai cinta dalam pembelajaran sehari-hari. Diharapkan, kegiatan ini menjadi motivasi bagi seluruh tenaga pendidik di MTs. Darul Ihya untuk terus berkarya dengan hati dan mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia dan penuh kasih sayang.

Mudarris ahammu minal maddah thoriqoh